Prof. Dr. H.
Amien Rais
Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia ke-11
Masa jabatan
1999 – 2004
Presiden Abdurrahman Wahid
Megawati Soekarnoputri
Didahului oleh Harmoko
Digantikan oleh Hidayat Nur Wahid
Ketua Umum Partai Amanat Nasional ke-1
Masa jabatan
1998 – 2005
Didahului oleh tidak ada ; jabatan baru
Digantikan oleh Soetrisno Bachir
Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah ke-12
Masa jabatan
1995 – 2000
Didahului oleh KH. Ahmad Azhar Basyir, M.A.
Digantikan oleh Prof. Dr. H. Ahmad Syafi’i Ma’arif
Informasi pribadi
Lahir 26 April 1944 (umur 71)
Solo, Jawa Tengah
Partai politik PAN
Suami/istri Kusnasriyati Sri Rahayu
Anak Ahmad Hanafi Rais
Hanum Salsabiela Rais
Ahmad Mumtaz Rais
Tasnim Fauzia
Ahmad Baihaqi
Tanda tangan

Muhammad Amien Rais (lahir di Solo, Jawa Tengah, 26 April 1944; umur 71 tahun) adalahpolitikus Indonesia yang pernah menjabat sebagai Ketua MPR periode 1999 – 2004. Jabatan ini dipegangnya sejak ia dipilih olehMPR hasil Pemilu 1999 pada bulan Oktober1999.

Namanya mulai mencuat ke kancah perpolitikan Indonesia pada saat-saat akhir pemerintahan Presiden Soeharto sebagai salah satu orang yang kritis terhadap kebijakan-kebijakan pemerintah. Setelah partai-partai politik dihidupkan lagi pada masa pemerintahan Presiden Habibie, Amien Rais ikut mendeklarasikan Partai Amanat Nasional (PAN). Ia menjabat sebagai Ketua Umum PAN dari saat PAN berdiri sampai tahun 2005.

Sebuah majalah pernah menjulukinya sebagai King Maker. Julukan itu merujuk pada besarnya peran Amien Rais dalam menentukan jabatan presiden pada Sidang Umum MPR tahun 1999 dan Sidang Istimewa tahun 2001. Padahal, perolehan suara partainya, PAN, tak sampai 10% dalam pemilu 1999.

Pendidikan & Awal karier

Lahir di Solo pada 26 April 1944, Amien dibesarkan dalam keluarga aktivis Muhammadiyah. Orangtuanya, aktif di Muhammadiyah cabang Surakarta.

Masa belajar Amien banyak dihabiskan di luar negeri.

Amien mengenyam pendidikannya di sekolah-sekolah Muhammadiyah, dari TK hingga SMA. Karena bersekolah di sekolah Muhammadiyah, maka secara otomatis ia pun aktif di organisasi-organisasi kepemudaan Muhammadiyah, termasuk organisasi kepanduan Hizbul Wathon (pandu/ pramuka muhammadiyah). Semasa mahasiswa, Amien aktif di Himpunan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM).

Sejak lulus sarjana dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta pada 1968 dan lulus Sarjana Muda Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta (1969), ia melanglang ke berbagai negara dan baru kembali tahun1984 dengan menggenggam gelar master (1974) dari Universitas Notre Dame, Indiana, dan gelar doktor ilmu politik dari Universitas Chicago, Illinois, Amerika Serikat.

Kembali ke tanah air, Amien kembali ke kampusnya, Universitas Gadjah Madasebagai dosen. Ia bergiat pula dalam Muhammadiyah, ICMI, BPPT, dan beberapa organisasi lain. Pada era menjelang keruntuhan Orde Baru, Amien adalah cendekiawan yang berdiri paling depan. Tak heran ia kerap dijuluki Lokomotif Reformasi atau Bapak Reformasi.

 

Usaha sampingan

Di antara berbagai jabatan dengan menjadi pengajar Fisipol UGM, pernah sebagai pucuk pimpinan Muhammadiyah, pemberi ceramah dan orasi ilmiah di berbagai forum diskusi, toh Amien bukanlah jenis orang yang sibuk diburu waktu dan sulit ditemui  seperti  “birokrat-birokrat kecil” yang kini banyak bermunculan di kampus-kampus. Diantara berbagai kesibukannya ia membuka “Warung Solo Muslim Chinese Food’’ dekat rumahnya di gandok (Condongcatur, Depok, Yogyakarta). Warung tersebut dikelola istrinya Kusnariyati Sri Rahayu yang dinikahinya 9 Februari 1969. Lima anak mereka 3 laki- laki, dan 2 perempuan, semuanya diberi nama yang ada kenangan mendalam baginya atau kandungan istilah islam dalam kitab Al-Quran, yaitu Ahmad Hanafi, Hanum Salsabillah, Ahmad Mumtaz, Tasmin Fauzia, dan Ahmad Baihaqi.

 

Muhammadiyah

Lewat sidang Tanwir Muhammadiyah di Solo 29-31 Desember 1994, laki-laki kelahiran Solo 26 april 1944 ini secara aklamasi dikukuhkan menjadi ketua pimpinan pusat (PP) Muhammadiyah, sampai digelarnya Muktamar ke 43 di Banda Aceh 1-5 Juli 1995. Sebelumnya sejak 8 juli 1994 Amein menjadi pejabat ketua PP sehubungan dengan meningggalnya Prof. K.H Ahmad Azhar Basyir M.A pada tanggal 28 juni 1994. Kemudian pada Muktamar Muhammadiyah di Aceh tahun 1995 Amien terpilih sebagai ketua PP Muhammadiyah. M.Amien Rais, Membangun Politik Adiluhung. (Op Cit., hal. 16) Alumnus Fisipol UGM yang menjadi ketua jurusan Hubungan Internasional dan Pengajar di program Pasca Sarjana (S-2) UGM ini memang punya nama dikalangan ilmuwan. Amien lulus dari Universitas Perjuangan, UGM pada tahun 1968. kemudian gelar Masternya diperolehnya dari Universitas Norte Dame Indiana di AS tahun 1973, dengan tesis tentang politik luar negeri Mesir dibawah Anwar Sadat yang dekat dengan Moskow. Dari Universitas ini juga ia menggondol sertifikat studi tentang Soviet dan Eropa Timur. Sebelum meraih gelar doctor ilmu politik di Universitas Chicago AS, dengan disertasi The Moslem Brother  hood  in  Egypt,  its  Rise,  Demise  and Resurgence  (1981),  Ia  melakukan penelitian selama setahun di Mesir. Selama menyelesaikan doktor itulah Ia sempat menjadi mahasiswa luar biasa di Universitas Al Azhar, Kairo, Mesir. (Ibid, hal 16)
Dari kampus UGM, memang cukup banyak suara vokal dan kritis yang kedengaaran sampai jauh. Tapi sosok Amien rais, menyeruak secara khas di antara irama keras ‘langgam’Yogyakarta. Amien bukan saja intelektual yang punya predikat pengamat masalah timur tengah; tetapi sebagai aktivis gerakan masyarakat  yang aspek terjangnya kadang menimbulkan pasaraan was-was, misalnya oleh sebagian mahasiswa ataupun koleganya di kampus ia pernah dicap sebagai ‘ekstremis’ karena keIslamannya yang kental. Bahkan ia juga pernah sempat dikaitkan dengan sebuah gerakan subversif, sehingga ketua jurusan Hubungan Internasional, Fisipol UGM ini pada waktu itu sampai merasa perlu mengeluarkan ‘senjata’ untuk memperjelas posisinya di mata pemerintah bahwa ia alumnus Lemhanas.
Kehidupan bermasyarakat anak kedua dari enam bersaudara dari orangtua aktivis Muhammadiyah ini memang penuh warna. Doctor ilmu  politik  dari universitas Chicago, AS ini bukan saja Ketua pimpinan pusat Muhammadiyah,  sebuah organisasi masyarakat yang berbasis umat sangat besar, tetapi juga menjadi salah seorang yang ikut membidani kelahiran ICMI (Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia) yang dinilai sangat dekat dengan kepentingan pemerintah. Seperti  kita tahu Amien merupakan salah seorang dari 49 orang penandatanganan pendirian ICMI di Malang, Desember 1990. dalam kepengurusan ICMI Amien antara lain telah duduk sebagai Ketua Dewan Pakar dan Asisten I Ketua Umum. Itu masih ditambah   dengan jabatan sebagai Direktur Pusat Pengkajian Strategi dan Kebijakan (PPSK).
Siapapun tahu, kekentalan Amien Rais sebagai warga Muhammadiyah tak perlu diragukan. Walaupun tinggal di lingkungan kepatihan Solo yang dominan islam “abangan”, Amien dibesarkan dikeluarga Muhammadiyah yang taat memegang  ajaran Islam. Ayahnya Suhud Rais (alm). Lulusan Muallimin Muhammadiyah dan semasa hidupnya adalah Pegawai Departemen Agama di Solo dan pengurus Majelis Pendidikan dan Pengajaran Muhammadiyah Cabang Surakarta. Ibunya Ny.Sudalmiyah, sekitar 20 tahun menjadi ketua Aisyiyah Surakarta, Organisasi wanita Muhammadiyah. Kakeknya Wirya Soedarmono adalah pendiri Muhammadiyah di Gombong Jawa Tengah.

 

Politik

Akhirnya setelah terlibat langsung dalam proses reformasi, Amien membentuk Partai Amanat Nasional (PAN) pada 1998 dengan platform nasionalis terbuka. Ketika hasil pemilu 1999 tak memuaskan bagi PAN, Amien masih mampu bermain cantik dengan berhasil menjadi ketua MPR.

Posisinya tersebut membuat peran Amien begitu besar dalam perjalanan politik Indonesia saat ini. Tahun 1999, Amien urung maju dalam pemilihan presiden. Tahun 2004 ini, ia maju sebagai calon presiden tetapi kalah dan hanya meraih kurang dari 15% suara nasional.

Pada 2006 Amien turut mendukung evaluasikontrak karya terhadap PT. Freeport Indonesia. Setelah terjadi Peristiwa Abepura, Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Syamsir Siregar secara tidak langsung menudingAmien Rais dan LSM terlibat dibalik peristiwa ini. Tapi hal ini kemudian dibantah kembali oleh Syamsir Siregar.

Pada Mei 2007, Amien Rais mengakui bahwa semasa kampanye pemilihan umum presiden pada tahun 2004, ia menerima dana non bujeter Departemen Kelautan dan Perikanandari Menteri Perikanan dan Kelautan,Rokhmin Dahuri sebesar Rp 200 juta. Ia sekaligus menuduh bahwa pasangan calon presiden dan wakil presiden lainnya turut menerima dana dari departemen tersebut, termasuk pasangan Susilo Bambang Yudhoyono dan Jusuf Kalla yang kemudian terpilih sebagai presiden dan wakil presiden.

Pemikiran Politik Amien Rais (Suatu study Analisis tentang Adiluhung/ high politics dan Aplikasinya di Indonesia)

Amien Rais sebagai intelektual dan Ilmuwan politik Indonesia dengan gagasannya tentang politik Adiluhung / high politics telah memberikan Pemahaman yang menarik tentang cara berpolitik. Politik Adiluhung / high politics didasarkan pada konsep Tauhid sebagai prinsip utamanya. Menurut Amien Rais seorang politisi haruslah bersandar pada moralitas dan etika yang bersumber pada ajaran Tauhid. Bila moralitas dan etika tauhid ini dilepaskan dari politik, maka politik itu akan berjalan tanpa arah, dan bermuara pada kesengsaraan orang banyak. Dalam Konsep Tauhid, politik harus mengindahkan nilai-nilai agama dan fungsional terhadap tujuan dakwah. Politik yang fungsional terhadap tujuan dakwah adalah politik yang sepenuhnya mengindahkan nilai-nilai Islam. Metode yang digunakan dalam penelitian skripsi ini, menggunakan Metode deksriptif kualitatif dengan Penelitian Pustaka (library research). Data diambil dari buku-buku dan tulisan-tulisan lain yang berkaitan dengan penelitian ini. Selanjutnya data yang terkumpul akan diolah dan kemudian dianalisis. Hasil penelitian dalam skripsi ini menyimpulkan bahwa Pemikiran Politik Amien Rais banyak dilandaskan atas pemahamannya tentang moral dan etik dalam berpolitik. Moral dan etik yang berkaitan dengan nilai-nilai normatif serta agama yang didasarkan pada konsep Tauhid. Sehingga dari Pemikiran Politik tersebut terformulasi menjadi Politik adiluhung/ high politics yang diharapkan beraplikasi sebagai referensi etis perilaku politisi atau praktisi politik agar menjalankan politik bukan untuk mencari kepentingan, melainkan politik untuk memperjuangkan tegaknya Demokrasi dalam suatu negara khususnya dalam konteks ini, Indonesia. Sehingga terciptanya masyarakat yang adil dan sejahtera dan memberi makna yang baik dan positif terhadap konotasi politik dikemudian hari. Drs. Zakaria Taher, MSP
Karakteristik pemikiran politik Amien Rais lebih banyak dipengaruhi oleh pemahamannya terhadap tauhid, mengingat beliau juga sebagai cendekiawan Muslim modernis. Pemikiran Amien Rais yang berbasis pada konsep tauhid ini mempunyai kemiripan dengan pemikiran politik Abul A’la al-Maududi, yang menyatakan bahwa asas terpenting dalam Islam, termasuk dalam hal politik, adalah tauhid. Korelasi konsep antara keduanya jelas terkonstruksi dalam perspektifnya bahwa kekuasaan atau kedaulatan tertinggi hanya milik Allah.
Pengaruh  pemikiran  al-Maududi  dan  beberapa  pemikir  Islam  Timur Tengah yang lain seperti Jamaluddin al-Afghani, Rasyid Ridha, Sayyid Quthb, Ali Syari’ati dan Hassan al-Banna terhadap pemikiran politik Amien Rais sebenarnya merupakan sesuatu yang wajar. (Umaruddin Masdar, Op Cit., hal 98). Hal ini bukan saja karena  pemikiran-pemikiran  politik modernis Islam itu telah banyak diadopsi oleh Muhammadiyah, komunitas dimana Amien dibesarkan dan mengabdi di dalamnya, tetapi juga karena pengamatannya ketika ia menjadi mahasiswa luar biasa di Universitas al-Azhar terhadap gerakan dan pemikiran kaum modernis Islam di Timur Tengah itu kemudian melahirkan ikatan batin yang cukup dalam dan apresiasi tersendiri dalam pemikiran dan pribadi Amien Rais.  Adalah  wajar jika  pengamatan  dan  apresiasinya  itu  kemudian  mempunyai pengaruh yang tidak bisa dikatakan kecil terhadap bangunan pemikirannya secara umum Ibid., sehingga Amien tampak begitu apresiatif terhadap pemikiran-pemikiran politik, terutama tentang teori politik Islam.
Bahkan dibanding dengan al-Maududi, “kedekatan batin” Amien Rais tampak lebih condong kepada Ali Syari’ati, seorang aktifis di Gerakan Sosial Penyembah Tuhan yang berpandangan bahwa sistem sosio-ekonomi Islam adalah sistem sosialisme ilmiah yang didasarkan pada monoteisme (tauhid). Ini setidaknya tampak dari semangat Amien Rais dalam menerjemahkan buku-buku karya Ali Syari’ati yang beredar di Indonesia, yang sebagian besar merupakan hasil terjemahan Amien Rais. Mereka juga mempunyai latar belakang yang hampir sama, yaitu sama-sama “orang kampus”, yang dikenal produktif dalam tulis menulis dan sebagai petualang politik yang  radikal.   Hanya   saja,   Amien berangkat   dari  basic  politik,   sedangkan  Ali berangkat dari sastra. (Ma’mun Murod Al-Brebesy, Op Cit., hal 207).

Menolak ide sekularisasi Cak Nur

Berbagai gagasan pemikiran Amien yang serba Islam atau berdasarkan paradigma Islam (Deddy Djamaluddin Malik dan Idi Subandy Ibrahim, Op Cit., hal 219) terkait dengan lantangnya ia menolak ide sekulerisasi Cak Nur. Sebab, menurut Amien, Islam dan sekularisasi adalah dua hal yang tidak bisa dipersatukan. Tesis sekularisasi manganjurkan agar agama menjauhkan diri dari politik, dan begitu pula sebaliknya. Padahal dalam pandangan Amien antara agama dan politik justru saling bersatu, dan satu sama lain tak bisa dipisahkan. Karenanya, Amien berpendapat bahwa “Sekularisme-moderat maupun sekularisme radikal tidak memiliki tempat dalam agama Islam”. (Ibid., hal 113)
Oleh karena itu, pemikiran politik Amien juga dekat dengan figur umat Islam Indonesia yang amat dikaguminya adalah sosok M. Natsir, disamping Amien memang Natsirin dan keturunan Masyumi asli, seperti yang dikutip Ma’mun Murod al-Brebesy. Sebagaimana halnya bahwa Natsir sendiri juga menolak tajam sekularisme dan pemikiran Barat (kapitalisme, liberalisme) lainnya. Lewat pandangan tauhid, maka manusia dibebaskan dari mitologi-mitologi, sehingga segala sesuatu selain Allah, termasuk juga kepemimpinan dalam masyarakat, menjadi sasaran sikap, telaah dan kajian terbuka.
Pemahaman tauhid seperti ini oleh Amien Rais dipopulerkan dengan istilah tauhid sosial. Munculnya konsep tauhid sosial ini tampaknya lebih dimaksudkan untuk menjelaskan berbagai problematika sosial umat yang menurut pandangan Amien Rais telah mulai meninggalkan ajaran tauhid, khususnya tauhid sosial. Makna tauhid adalah pengesaan akan keberadaan Allah, maka makna tauhid sosial adalah dimensi sosial dari tauhid itu sendiri, yang tidak lagi mengenal diskriminasi manusia atas dasar pertimbangan etnis, suku, agama, adat istiadat, bahasa dan termasuk  agama. Sebagai masyarakat muslim yang mempercayai Islam sebagai agama pembebasan (religious of liberation), yaitu membebaskan masyarakat manusia dari segala bentuk eksploitasi dan penindasan, maka menurut Amien Rais kita harus  tetap mengupayakan terealisasinya tauhid sosial. (Ibid., 203-205)
Berangkat dari gagasan tauhid sosial ini, berbagai kritik dan pemikiran politik Amien Rais tampaknya banyak dibangun. Kritiknya yang pedas dan lugas yang selama ini banyak dilontarkannya, apakah itu menyangkut persoalan hukum, politik, dan ekonomi, tampaknya banyak dipengaruhi oleh pandangan-pandangan tauhid sosial-nya. Begitu juga karakteristik pemikiran politiknya, baik tentang ideologi, negara ataupun demokrasi, tampaknya juga banyak dipengaruhi oleh pemahamannya terhadap tauhid sosial.

Kehidupan pribadi

Amien Rais menikah dengan Kusnasriyati Sri Rahayu. Dari pernikahannya, Amien dikaruniai lima orang anak, yaitu Ahmad Hanafi Rais, Hanum Salsabiela Rais, Ahmad Mumtaz Rais, Tasnim Fauzia, dan Ahmad Baihaqi.

Tanggal 8 Oktober 2011 Putra Amien Rais, Ahmad Mumtaz Rais menikah dengan Futri Zulya Safitri, anak dari Menteri Kehutanan,Zulkifli Hasan.

Penembakan di Rumah Pak Rais

Pada bulan November tahun 2014, rumah Amien Rais ditembak oleh Pelaku tak dikenal. Anak Amien Rais, menerangkan kronologi penembakan mobil ayahnya melalui akun Twitter miliknya, @hanumrais:

  • Dini hari sekitar pukul 01.00 WIB, sebuah motor melewati depan rumah Amien Rais. Pengemudi kemudian berhenti di depan pagar lalu menembakkan satu peluru ke mobil Toyota Harrier hitam berplat AB 264 AR.
  • Satpam penjaga yang sedikit tertidur terhenyak. Petugas keamanan itu lalu melihat seorang berkelebat cepat meninggalkan rumah Amien di Jalan Pandeansari blok 2 nomor 5, Condong Catur, Sleman, Yogyakarta ke arah selatan.
  • Satpam mengira tembakan keras tadi berasal dari ban mobil bocor. Penjaga kemudian melihat pria berhelm tutup kembali melewati Pandeansari.
  • Jalan Pandeansari memang diportal jika akan ke arah selatan. Sehingga pengemudi motor tersebut harus berbalik arah. Lagi-lagi satpam mengira itu hanyalah anak kos.
  • Pagi harinya, sopir Amien yang akan mencuci mobil kaget lantaran ada sebuah bekas bolong besar di dekat kaca mobil. Tapi tidak ditemukan selongsong.
  • Sopir curiga bahwa tembakan pistol ke mobil Amien bukan senjata rakitan atau karet. Musababnya, ditemukannya sebuah selongsong di dalam jok mobil.
  • Sekretarisnya kemudian mengkonfirmasi ke Amien. Amien terdiam sejenak dan menganggukkan kepala pelan. “Ya, ini sebuah teror serius,” kata Amien.
  • Mengapa penembak menembak mobil? Dari lokasi penembakan, pelaku mungkin ingin membidik tangki bensin.
  • Pimpinan Partai Amanat Nasional DI Yogyakarta kemudian diberitahu sekretaris Amien. Pengurus PAN DIY mengatakan, “Kejadian ini hrs dilaporkan polisi.” Kepolisian DI Yogyakarta kemudian datang setelah pukul 8.00 WIB mendapatkan laporan.
  • Peluru dan selongsongnya sekarang dibawa polisi untuk diteliti di Puslabfor di Semarang.
  • Saat kejadian Amien sedang beristirahat dan tidak mendengar suara apapun.
  • Satpam juga mengatakan bahwa akhir-akhir ini memang ada sebuah motor yang sering lalu-lalang saat dini hari.
  • Namun satpam menilai beberapa orang yang sering mondar-mandir itu biasa karena sebelah rumah Amien adalah kos pria

 

 

Islamophobia di Indonesia

Amien Rais Nyatakan Islamofobia Pengaruhi Kondisi IndonesiaAmien Rais. (Ardian/Getty Images)

Amien Rais Nyatakan Islamofobia Pengaruhi Kondisi IndonesiaAmien Rais. (Ardian/Getty Images)

Politisi senior Amien Rais menyatakan bahwa kondisi keislaman di dunia khususnya Indonesia sedang mengalami guncangan. Islamofobia yang terjadi diseluruh lapisan sosial masyarakat di luar negeri mempengaruhi kesatuan masyarakat muslim dan perekonomian di Indonesia.

“Islamisasi memang saat ini terjadi diberbagai tempat, namun itu bertolak belakang dengan runtuhnya negara Irak yang merupakan simbol Islam Teluk Timur Tengah,” ujar Amien di kediaman Akbar Tandjung di Kebayoran Baru, Jakarta, Jumat (18/6).

Amien mengatakan bahwa Islamofobia terjadi dengan berbagai cara, misalkan dengan halus maupun keras seperti yang dialami oleh Irak dan Libya yang dijajah oleh Amerika secara militer.

Amien mengatakan Indonesia tergolong sedang dijajah dengan cara halus, karena Indonesia tergolong negara yang tenang, sehingga dijajah melalui kebijakan. “Indonesia saat ini sedang diteropong oleh Amerika, tak perlu dijajah secara negara, karena dimata dunia Indonesia dianggap anak yang manis,” ujarnya.

Amien mengatakan dampak dari intervensi asing terhadap pemerintah terlihat dari seluruh kebijakan yang dikeluarkan selalu menguntungkan pihak asing. Sehingga, secara keseluruhan, bangsa Indonesia terjajah secara sistem. “Kita dijajah di bidang ekonomi dan kebijakan militer kita,” ujarnya.

Amin menyatakan bahwa kebijakan pemerintah yang berpihak kepada asing mempengaruhi kemerosotan ekonomi. Sebab, hingga kini dirinya mengaku tidak mengetahui apa saja yang telah dihasilkan dari berbagai kebijakan yang dikeluarkan pemerintah dalam beberapa bulan terakhir.

Lebih lanjut, Amien mengaku dahulu pernah bertemu dengan beberapa petinggi negara Islam Timur Tengah. dalam pertemuan tersebut Amien menyatakan dirinya satu pemikiran bahwa negara muslim mengalami kemerosotan yang dalam dampak dari Islamofobia yang dilakukan oleh pihak-pihak yang anti Islam.

 

Mengidolai M. Natsir (Tokoh Masyumi)

Semasa masih sekolah tepatnya pada saat SMP, Amien mempunyai kegiatan penting di Hisbul Wathon (HW). Yaitu sebuah lembaga kepanduan di lingkungan Muhammadiyah. Amien sudah mengikuti HW sejak SD. Tempat berlatih kegiatan tersebut di halaman Masjid Kepatihan Wetan. Di SMP, keterlibatannya dengan HW semakin dalam. Di antara teman-temannya,  Amien tampak menonjol. Tahun    1959, tokoh organisasi Masyumi yang juga mantan Perdana Menteri Muhammad Natsir berkunjung ke Solo. Amien saat itu kelas tiga SMP, ia dipilih untuk membaca Al- Quran dalam upacara menyambut Natsir. Waktu itu Amien memakai seragam HW.
Ibu Amien sangat bangga karena beliau memang pengagum Pak Natsir. “Ibu ingin saya seperti Pak Natsir,” tutur Amien. Apalagi sampai akhirnya Amien dipilih menjadi pandu menyambut Pak Natsir. Amien mengaku dapat menunaikan tugas menyambut Natsir dengan baik. HW telah melatihnya untuk punya rasa percaya diri, keberanian dan kekesatriaan dalam menghadapi berbagai keadaan.  Kepanduan HW itu merupakan  faktor  penting  dalam membangun  hidupnya.
Sosok  M.    Natsir merupakan  salah  satu figur  rujukannya  disamping  Amien  juga  sangat   apresiatif kepada Sayyid Qutb, Maududi, Ali Shari’ati

yang kurang lebih banyak mempengaruhi pemikirannya. Komitmen Amien terhadap keadilan sosial memang dipengaruhi beberapa hal, termasuk kenyataan sosial politik bangsa yang diselaminya dari kacamata seorang pakar politik dan juga dari suara hati seorang intelektual Islam yang selalu berobsesi pada upaya terciptanya keadilan yang semata-mata dilihat dari ajaran agama. Tak heran kalau visi keislaman Amien yang tumbuh dalam didikan keluarga Muhammadiyah itu, sedikit banyak juga mempengaruhi sikap Amien yang dalam pemikirannya tampak sangat kritis bahkan cenderung anti terhadap Barat lebih khusus terhadap Orientalis.
Sikap kritis Amien terhadap Barat, agaknya dapat dipahami mengingat rembesan-rembesan ideologis Barat  yang sangat penetratif terhadap kaum   muslimin selama ini. Rembesan visioner Barat yang sangat berpengaruh terhadap umat Islam dimulai ketika terjadi proses kolonialisme dan imperialisme Barat terhadap berbagai kawasan dunia Islam. Akibat yang menimpa umat Islam benar-benar menusuk perasaan Amien.
Sikap kritis Amien terhadap segala sesuatu yang “berbau” Barat itu  sebenarnya tak begitu mengherankan. Apalagi mengingat figur umat Islam Indonesia yang amat dikagumi Amien itu adalah Natsir. Tentang hal ini, Cak Nur pun bahkan sempat berkomentar: “Dia itu sangat Natsiris.”
M. Natsir, tokoh Masyumi yang terkemuka itu, seperti kita tahu, selain sebagai seorang figur yang kritis terhadap penyimpangan demokrasi pada rezim Soekarno, menurut Yusril Ihza Mahendra,

juga merupakan sosok ulama yang sanggup mengkombinasikan dua hal: Aktivisme dengan Intelektualisme. Pada diri Natsir tampak sosok seorang aktivis islam yang amat tajam kritik-kritiknya terhadap pemikiran Barat alias para orientalis atau pun yang kini dikenal sebagai “Islamisis” itu. Dan, Amien muda begitu mengagumi sosok Natsir yang kritis terhadap Barat ini.
Tampaknya M. Amien Rais sangat banyak mewarisi ilmu, semangat dan nafas perjuangan M. Natsir. Semula Nurcholis Madjid alias Cak Nur sempat disebut sebagai “Natsir Muda”. Namun, ketika ia mulai melancarkan ide “sekularisasi”nya yang menghebohkan itu, cap “Natsir muda” untuk Cak Nur mulai tanggal. Sebab gagasan sekularisasi  itu  sendiri dianggap  bertentangan dengan nafas  dan semangat perjuangan M.Natsir yang sangat intens sekali memperhatikan Islam. Hubungan yang akrab antara Amien dan Natsir itu sudah diketahui umum. Kalangan keluarga Bulan Bintang pun tidak ada yang menyanggah bahwa Amien Rais adalah tokoh yang seolah-olah sudah menjadi “anak” dari M. Natsir.
Secara intelektual maupun dari nafas perjuangan, gerak langkah Amien adalah sangat dekat dengan Natsir. Amien Rais pun tanpa ragu-ragu mengatakan bahwa dia berdarah Masyumi, “saya memang Natsirin dan keturunan Masyumi asli”. Dia mengakui, M. Natsir adalah guru, ayah dan juga seorang panutan yang sangat dihormatinya.

Biodata

Pendidikan

  • – SD Muhammadiyah, Solo, 1956
  • – SMP Muhammadiyah, Solo, 1959
  • – SMA Muhammadiyah, Solo, 1962
  • – Fakultas Tarbiyah, IAIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 1968
  • – Sarjana Jurusan Hubungan Internasional, Fisipol UGM, Yogyakarta, 1969
  • – M.A. dari University of Notre Dame, USA, 1974
  • – Mahasiswa luar biasa, Departemen Bahasa, Universitas Al-Azhar, Mesir 1979
  • – Ph.D. dari University of Chicago, USA, 1981
  • – Post Doctoral, George Washington University dan UCLA, USA, 1988 – 1989

Pengalaman Kerja:

  • – Dosen Fisipol UGM, Yogyakarta, 1969-1999
  • – Direktur Pusat Pengkajian dan Studi Kebijakan Politik, 1988
  • – Ketua Dewan Direktur PPSK Yogyakarta, sejak 1989
  • – Ilmuwan Senior BPPT, 1991
  • – Senior Scientist Menristek/BPPT, 1991 – 1995
  • – Dewan Redaksi Harian Umum Republika, 1992
  • – Guru Besar Fisipol UGM Yogyakarta, sejak 1998
  • – Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat, 1999 – 2004

Pengalaman Organisasi:

  • – Ketua Penelitian dan Pengembangan AIPI, 1985
  • – Staf Ahli Majalah Luar Negeri Deparlu, 1985
  • – Pengurus Muhammadiyah Yogyakarta, 1985
  • – Wakil Ketua Muhammadiyah, 1991
  • – Asisten I Ketua Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia, 1991 – 1995
  • – Pejabat Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah, 8 Juli 1994
  • – Anggota Dewan Riset Nasional Kelompok V, 1994-1999
  • – Ketua Lembaga Dakwah Mahasiswa Islam (HMI), 1995-1997
  • – Ketua Dewan Pakar ICMI, 1995-1997
  • – Ketua Umum PP Muhammadiyah, 1995-1998
  • – Pendiri Majelis Amanat Rakyat, 14 Mei 1998
  • – Pendiri/Ketua Umum PAN, 23 Agustus 1998 – sekarang

Penghargaan:

  • – Bintang Mahaputera Utama dari Presiden BJ Habibie, 14 Agustus 1998
  • – Gelar Kanjeng Pangeran dari Keraton Kesultanan Surakarta, 28 September 2003

Karya Hasil Penelitian:

  • – Prospek Perdamaian Timur Tengah 1980-an (Litbang Deplu RI)
  • – Perubahan Politik Eropa Timur (Litbang Deplu)
  • – Kepentingan Nasional Indonesia dan Perkembangan Timur Tengah 1990-an (Litbang Deplu)
  • – Zionisme: Arti dan Fungsi (Fisipol, UGM)

Karya Buku-buku, diantaranya:

  • – Orientalisme dan Humanisme Sekuler, Salahuddin Press, Yogyakarta, 1983.
  • – Politik dan Pemerintahan di Timur Tengah, PAU-UGM
  • – Tugas Cendekiawan Muslim (terjemahan Ali Syariati), Salahuddin Press, Yogyakarta, 1985.
  • – Cakrawala Islam, Antara Cita dan Fakta, Mizan, Bandung, 1987.
  • – Timur Tengah dan Krisis Teluk, Amarpress, Surabaya, 1990
  • – Keajaiban Kekuasaan: Bentang Budaya, PPSK,Yogyakarta, 1994.
  • – Moralitas Politik Muhammadiyah, Pena, Yogyakarta, 1995.
  • – Tangan Kecil, UM Jakarta Press, Jakarta, 1995.
  • – Demi Kepentingan Bangsa, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 1996.
  • – Refleksi Amien Rais, dari Persoalan Semut Sampai Gajah, Gema Insani Press Jakarta, 1997
  • – Suksesi dan Keajaiban Kekuasaan, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 1998.
  • – Melangkah Karena Dipaksa Sejarah, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 1998.
  • – Membangun Kekuatan di Atas Keberagaman, Pustaka SM,Yogyakarta, 1998.
  • – Tauhid Sosial, Formula Menggempur Kesenjangan, Mizan, Bandung, 1998.
  • – Membangun Politik Adiluhung: Membumikan Tauhid Sosial, Menegakkan Amar Ma’ruf Nahi Munkar, Zaman Wacana Mulia, Bandung, 1998.
  • – Suara Amien Rais, Suara Rakyat: Gema Insani Press, Jakarta, 1998.
  • – Amien Rais Sang Demokrat, Gema Insani Press, Jakarta, 1998.

[wikipedia, researchgate.net, landasanteori.comcnnindonesia.com]

Tinggalkan komentar